ADIWARTA.COM: KENDARI – Upaya Jushriman dalam membuktikan kliennya Deny Zainal beserta Istri tidak bersalah dalam perkara dugaan penipuan dan penggelapan yang tengah bergulir di Pengadilan Negeri (PN) Kendari akhirnya membuahkan hasil.
Majelis hakim PN Kendari telah memutus bebas terdakwa Deny Zainal beserta Istrinya dalam perkara dengan nomor : 294/Pid.B/2025/PN Kdi dan perkara nomor : 293/Pid.B/2025/PN Kdi, dengan pokok dalam amar putusan yaitu menyatakan keduanya tidak terbukti secara sah dan meyakinkan melakukan tindak pidana sebagaimana dakwaan Jaksa Penuntut Umum (JPU).
Jushriman, kuasa hukum Deny Zainal dan Istri menyampaikan rasa syukur dan berterima kasih kepada majelis hakim PN Kendari yang sudah mempertimbangkan fakta-fakta persidangan secara menyeluruh dan memutus perkara dengan seadil-adilnya berdasarkan fakta persidangan.
“Kami sangat berterimakasih kepada majelis hakim yang telah mempertimbangkan fakta-fakta persidangan secara menyeluruh dan memutus perkara dengan seadil-adilnya,” ungkapnya, Kamis 18 Desember 2025.
Sejak awal Jushriman yakin tuduhan terhadap kliennya sama sekali tidak benar. Salah satu yang menjadi pertimbangan adalah kekeliruan dalam pengetikan jumlah barang bukti (BB) 2 tumpukan ore nikel pada putusan perkara nomor 563/Pid.B/2018/PN Kdi.
“Barang bukti ore nikel jelas hanya 2 tumpukan, hal tersebut berdasarkan data pada berkas penyitaan penyidik, foto BB ore nikel, tuntutan JPU serta pertimbangan majelis hakim dalam salinan putusan perkara nomor 563/Pid.B/2018/PN Kdi, dimana disebutkan BB 2 tumpukan ore nikel di stock file PT. MBS di Desa Dunggua,”
Anehnya kata Jushriman, dari 51 halaman yang memuat tuntutan JPU, tiba-tiba pada halaman 45 disebutkan bahwa BB 2 tumpukan ore nikel tersebut berjumlah total 100.000 MT.
“100.000 MT hanya ada pada halaman 45 bagian amar putusan nomor 563/Pid.B/2018/PN Kdi, disini jelas aneh dari 51 halaman putusan mulai dari bagian depan yang memuat tuntutan JPU, keterangan saksi-saksi dan terdakwa dan pertimbangan majelis hakim disebutkan barang bukti ore nikel tumpukan, tiba-tiba ada penambahan kata 100.000 MT inikan aneh,” ucapnya.
Beruntungnya, PN Kendari melalui suratnya mengakui ada kekeliruan pengetikan dalam putusan perkara nomor 563/Pid.B/2018/PN Kdi.
“Surat resmi dari PN Kendari menunjukan fakta adanya kekeliruan dalam pengetikan jumlah barang bukti (BB) pada putusan perkara nomor 563/Pid.B/2018/PN Kdi,” ujarnya.
Lanjut Jushriman, fakta lainnya yang menguatkan dugaan jika dokumen yang digunakan pemohon yakni Budhi Yuwono melaporkan kliennya telah dipalsukan adalah surat pernyataan damai tanggal 28 Oktober 2018.
Dokumen yang terdiri dari dua halaman ini terdapat 3 petunjuk bahwa lembaran pertama diduga sudah diganti (palsu). Pada lembaran pertama yang seharusnya terdapat tanda-tangan Deni Zainal dan Budhi Yuwono akan tetapi akta yang disita hanya ada tanda-tangan pemohon.
“Surat perdamaian itu tanpa tanda-tangan Deni Zainal, kedua dibagian tengah dituliskan nomor perkara 563/Pid.B/2018/PN Kdi, nomor perkara tersebut mustahil diketahui karena perkara belum P21 dan belum dilimpah di Pengadilan, yang ketiga barang bukti ore nikel disebutkan 100.000 MT sedangkan faktanya BB ore nikel yang disita penyidik yaitu 2 tumpukan,” sebutnya.
Dari fakta-fakta tersebut sehingga itu Jushriman yakin jika kliennya adalah korban yang disebabkan oleh kebohongan Budhi Yuwono dengan menggunakan dokumen yang diduga kuat telah diganti atau dipalsukan.
“Dengan adanya surat resmi dari PN Kendari, maka jelas tuduhan Budhi Yuwono kepada klien kami adalah tuduhan palsu, dan setelah perkara ini selesai kami akan melaporkan Budhi Yuwono dengan tiga laporan dugaan tindak pidana yang sudah disiapkan,” tutupnya.*
Editor: Saldy








