ADIWARTA.COM: KONAWE – Penurunan angka stungting merupakan salah satu pekerjaan rumah besar Pemerintah Republik Indonesia. Berdasarkan laporan Global Nutrition Report 2016, prevalensi stunting Indonesia berada di peringkat 108 dari 132 negara.
Olehnya itu melalui Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Kabupaten Konawe terus melakukan upaya pencegahan stunting dan percepatan pengentasan stunting.
Kadis BKKBN Kabupaten Konawe, Tam Sati Sam, SE menuturkan sesuai amanat perpres nomor 72 tahun 2021 tentang percepatan penurunan stunting, Perpres tersebut merupakan payung hukum dari strategi nasional percepatan penurunan stunting yang sudah dilaksanakan sejak tahun 2018.
“Peraturan presiden memberikan penguatan kerangka intervensi yang harus di lakukan dan kelembagaan yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan percepatan penurunan stunting,” tuturnya
Selain tugas utama meningkatkan implementasi program pembangunan keluarga, kependudukan dan keluarga berencana (bangga kencana), juga mendapatkan mandat yang sangat strategis untuk berkontribusi terhadap upaya percepatan penurunan stunting.
Di tempat yang sama Ismail SKM, M.Kes Kasi Keluarga Sejahtera BKKBN Konawe menjelaskan untuk pencegahan stunting di Konawe khususnya sasaran prioritas utama kita berada di 11 kecamatan kabupaten Konawe yang menjadi lokasi khusus (lokus).
Hal ini berdasarkan presentasi tertinggi dan sesuai urutan berdasarkan data dari dinas kesehatan kabupaten Konawe yang kami terima sebagai rujukan kami hari ini dalam menangani persoalan stunting di Konawe
“Sebelas kecamatan ini akan kerjasama dengan Dinkes yakni Kecamatan Soropia, Kapoila, Wonggeduku, Wonggeduku Barat, Lambuya, Puriala, Padangguni, Asinua, Latoma, Konawe dan Kecamatan Amonggedo,” bebernya.
Untuk itu team pencegahan stunting kabupaten Konawe melirik pada pendekatan faktor spesifik yakni pendampingan mulai dari calon pengantin, sebelum hamil selama hamil, dan pasca persalinan. Termasuk 1.000 HPK hal ini bertujuan mencegah stunting sekaligus menurunkan kematian ibu.
“Kalau kita melakukan intervensi terhadap paktor yang dekat dengan kematian ibu/bayi mulai sebelum nikah, sebelum hamil kemudian masa nifas maka insyah Allah ini bisa di percepat untuk penurunan kematian ibu/bayi dan juga stunting,” ujarnya.
Ismail mengungankapkan bahwa masalah stunting sesungguhnya dapat dicegah dengan benar-benar fokus pada kelompok ibu hamil dan ibu menyusui serta anak usia kurang dari dua tahun (Baduta).
“BKKBN tentu tidak bisa bekerja sendiri sehingga membutuhkan keterlibatan semua sektor untuk menyukseskan penurunan angka stunting ini. Diantaranya peran serta tiga pilar yakni kader, bidan dan pemberdayaan kesejahteraan keluarga (PKK)” ungkapnya.*