ADIWARTA.COM: KONAWE – Pencegahan dan penanggulangan stunting pada anak menjadi program prioritas Pemerintah Daerah (Pemda) Konawe melalui Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Konawe.
Hal ini sesuai dengan instruksi pemerintah pusat berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2020-2024.
Konvergensi atau pemusatan pencegahan dan penanggulangan seperti diinstruksi Bupati Konawe Kery Saiful Konggoasa menjadi tanggung jawab bersama dalam pelaksanaan pencegahan stunting di Kabupaten Konawe.
Pencegahan dan penanggulangan stunting ini menjadi penting. Dipaparkan Kepala BKKBN Konawe Tam Sati Sam predikat Sumber Daya Manusia (SDM) yang unggul salah satu variabel penilaiannya adalah produktifitas dan pertumbuhan manusianya itu sendiri.
Sejalan dengan itu, kualitas sumber daya yang rendah menjadi indeks melemahnya kualitas pertumbuhan kesejahteraan masyarakat. Sehingga penanggulangan stunting menjadi mutlak bagi sebuah daerah hingga negara.
Pemda Konawe melalui BKKBN, diungkap Tam Sati telah membentuk tim konvergensi. Tujuannya untuk mengintegrasikan seluruh program di instansi terkait pencegahan stunting ini menjadi satu. Sebab menurutnya, masalah stunting ini tidak hanya bisa diselesaikan dari satu persoalan.
“Kompleksnya masahlah stunting dan banyaknya stakeholder yang terkait dalam intervensi gisi spesifik dan sensitif maka memerlukan pelaksanaan yang dilakukan secara terkoordinir dan terpadu kepada sasaran prioritas,” papar Tam Sati, Senin (5/9/2022).
Lebih lanjut, tim yang dibentuk ini akan menyelaraskan berbagai sumber daya dan menyatukan program mulai dari tahap perencanaan dan penganggaran, pelaksanaan hingga pemantauan dan evaluasi. Diharapkan, pola ini menjadi jalan pemecahan persoalan stunting.
Kabid Ketahanan Keluarga Sejahtera BKKBN Konawe, Ismail pun menambahkan, konvergensi ini menjadi penting sehingga semua bekerja pada tujuan pencegahan dan penanggulangan sesuai sektor masing-masing. Adapun BKKBN sendiri bertanggung jawab pada persoalan intervensi sensitif.
“Pencegahan stunting yang dilakukan petugas BKKBN di 28 kecamatan, fokusnya melakukan penyuluhan terhadap keluarga dalam upaya pencegahan stunting dalam hal ini perubahan perilaku kehidupan sehari-hari. Dengan sasaran kami calon pengantin, para ibu hamil, dan para balita,” ujar Ismail.
BKKBN pun dijelaskannya, telah menurunkan team pendamping keluarga sebanyak 1059 orang yang disebar di 28 kecamatan. Pada setiap desa ada 3 orang team pemdamping untuk mendampingi calon pengantin beresiko stunting, ibu hamil yang beresiko, dan ibu pasca persalinan beresiko.
Team pendamping keluarga di lapangan terdiri dari bidan desa, ibu PKK dan ibu desa. Dari hasil survei mereka dilaporkan dalam sistem aplikasi secara online secara satu data di setiap perkembangan perubahan pencegahan stunting di lapangan.
“Awal tahun 2022 ini BKKBN Konawe telah melakukan beberapa aksi yang menjadi skala prioritas yaitu melakukan identifikasi sebaran stunting, menyusun rencana kegiatan untuk meningkatkan pelaksanaan integrasi intervensi gizi, menyelenggarakan rembuk stunting tingkat kabupaten dan meningkatkan sistem pengolahan data stunting dan cakupan intervensi di tingkat kabupaten,” tandasnya.*